Sabtu, 08 Agustus 2015

Jakarta

Jakarta

Apa yang kau pikirkan ketika mendengar nama Kota Jakarta?
Panas?
Bising?
Macet?
Stres?
Well..jika kamu mampu menyebutkan setidaknya 3 dari 4 hal diatas, mungkin kamu adalah atau pernah menjadi warga Kota Jakarta.
Benarkah demikian? Tidak adakah jawaban lain selain 4 hal yang saya sebutkan tadi?
Begini, saya menyukai kota ini. Terlepas dari apapun sisi negatifnya. Bukannya lalu saya menjadi naif dengan merasa baik - baik saja terhadap segala hal negatifnya, tentu bukan. Saya tidak menyangkal bahwa saya sama bencinya dengan mayoritas warga kota ini mengenai hal-hal semacam, katakanlah ; macet, panas, stres. Di beberapa kesempatan tertentu bahkan saya mengumpat tertahan saat sopir metromini yang saya tumpangi menyetir seperti ada bom waktu yang siap meledak kapanpun di tubuhnya. Atau bahkan, jika saya sedang dikejar waktu akibat manajemen waktu yang buruk, saya berharap bom meledak di tengah kemacetan, sehingga kendaraan yang sedang saya tumpangi dapat melaju sedikit lancar. Jahat, memang. Tidakkah kamu juga berpikir demikian?
Lalu, atas segala hal negatif yang diberikan oleh kota ini, mengapa saya masih tetep suka aja, bahkan mengorbankan beberapa urusan tertentu di kota asal saya hanya demi memperpanjang waktu kunjung di kota ini? Salah seorang kenalan saya dulu pernah berkata : "ngapain sih suka sama jakarta?aku aja ingin pindah ke kotamu. Lebih enak, tau. Lebih tentram dan nggak macet."
Iya. Ngapain sih? Jawabannya adalah saya tidak tau. Menyedihkan memang, ketika kamu tidak bisa memberikan jawabam pasti akan hal yang kamu sukai. Beberapa orang mengatakan, kau tidak perlu alasan khusus untuk jatuh dalam perasaan suka ataupun cinta pada orang lainnya. Saya berharap kata-kata itu bisa diaplikasikan untuk kota ini juga. Meskipun sudah seringkali saya mencari tahu kepada diri sendiri mengenai apapun alasannya. Karena kota ini jauh lebih ramai daripada kota asal saya? Tidak, sesungguhnya saya lebih menyukai keramaian yang terjadi dalam kepala saya daripada dimanapun. Karena orang - orang yang ada di dalamnya? Itu juga tidak. Bagaimana saya bisa memiliki keterikatan emosional pada orang - orang yang tidak saya temui dalam keseharian saya?
Lalu apa ya?
Dengan perdebatan mengenai kondisi kota masing- masing, saya hanya mmpu menduga kita sudah lelah dengan kota kita masing-masing, dan apapun yang terjadi di dalamnya. Haha. Lelah adalah kata yang berlebihan. Tapi sepertinya itu cukup tepat untuk menggambarkan, bukan?
Mungkin kamu merasa, 'apa sih, kaya nggak ada kota lain aja buat disenengin.' karena terkadang saya juga merasa seperti itu. Macet, panas, bising, stres...kaya nggak ada kota lain aja. Tapi toh baliknya tetap saja kesini. Kutukan, mungkin. Lagipula, jika kita mau menghakimi hal-hal negatif diatas, bukannya sedikit banyak keberadaan kita pula lah yang menjadi penyebabnya? Kota hanyalah kota jika tanpa kehidupan dan rutinitas di dalamnya yang menyebabkan hadirnya segala hal negatif dan positif itu.
Duh, berat banget sih bahasanya. *Berjalan santai sembari membuang sampah di selokan*
Anyway, selama alasan belum benar - benar di temukan, mission hasn't accomplished.
Kira - kira..apakah sekiranya saya memang punya urusan yang belum terselesaikan disini?

-junk

#Np Coldplay - warning sign. I love this calm song
T.T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

post anything :)