Saya tidak suka kopi hitam.
Dan kopi hitampun rasa-rasanya memiliki pendapat yang sama dengan pernyataan saya; rasanya tidak akan bisa diterima dengan baik oleh lidah saya, tidak peduli semahir apapun tangan yang meraciknya.
Tapi belakangan ini saya suka meminum kopi hitam. Bahkan, menghirup aromanya setelah sesaat dibuat, diantara kedua tangan yang saya katupkan di sisi sisi gelasnya, meskipun tentu saja rasanya tidak akan pernah sejalan dengan cecap lidah saya.
Saya membiasakan, lebih tepatnya.
Mengapa begitu?
Kopi hitam memiliki rasa yang pahit. Saya tidak suka rasa pahit. Kami adalah kutub yang saling tolak menolak. Namun saya tetap memilih meminum minuman yang biasanya hadir sebagai opsi terakhir saya saat berkunjung ke suatu tempat. Karena saya tidak ingin merasakan kenyamanan dari rasa manis. Kenyamanan adalah candu dan ketergantungan adalah bahaya.
Minuman lain akan memberikan kenyamanan bagi lidah saya, dan rasa itu tidak baik. Rasa nyaman membuat lidah saya memilih, bergantung, menuntut dan hancur apabila tidak terpenuhi. Maka saya memilih kopi hitam. Agar menghindarkan lidah saya dari ketergantungan.
Black coffee is the sadist.
And i'm the masochist.
Kita tidak perlu belajar untuk saling menyukai dan menerima satu sama lain. Biarkan apa adanya rasanya. Biarkan kami saling bertolak belakang dengan penerimaan kami masing-masing.
Now playing : Jaymes Young - I'll be good
-monicnicta. Sore tadi, 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
post anything :)