Jauhkan aku dari rokokku, barang laknat tersebut membuatku lupa terhadap sekelilingku
Tapi anehnya, Jika aku disuruh memilih antara berbungkus-bungkus rokok atau kamu, aku lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama kamu, tanpa intervensi aroma tembakau tentunya. Benar, ini aneh. Setiap kali bersama kamu, aku jadi tak peduli; pada dimana aku, minuman apa yang kupesan, rokok merek apa yang kuhisap, aku jadi tak peduli--
"Jadi bagaimana?"
Sepotong tanya itu hadir membuyarkan monolog dalam kepalaku. Aku terkesiap. Dia memandangku dengan pandangan menuntut, mungkin juga geli karena aku sempat-sempatnya bengong tadi. Taruhan, pasti mukaku terlihat bloon sekali dihadapannya.
"Apanya yang bagaimana?"
"Ck. Ya itu tadi. Jadi bagaimana? Sampai tahap mana pencarianmu?" Dia menjelaskan dengan mimik muka menjelaskan satu ditambah satu sama dengan dua, terlihat sabar sekali.
Aku hanya ber-o saja. "Tidak gimana-gimana," jawabku sambil meneguk peppermint tea dingin yang esnya sudah mencair hingga rasanya hambar. "Lagian mau nyari sampai bagaimanapun, baliknya juga ke kamu kok." dia terhenyak dan menatapku dengan cepat. Alisnya bergerak naik tanda mencerna ucapanku, yang sungguh mati, aku bahkan tidak mencernanya terlebih dahulu sebelum mengucapkannya tadi. "Mm--maksudku, ya balik ke kamu. Ini lho, kita lagi nongkrong bareng kan?" jawabku seenak perutku. Alibi yang tidak bertanggung jawab, tapi toh dia menerimanya dengan anggukan puas juga.
"Hujan." Ujarnya singkat sambil menoleh ke jendela besar di sebelah kiriku.
Aku mengikuti arah pembahasannya, entah apa yang ada dipikiran manusia dihadapanku ini tentang langit yang berubah kelabu diluar sana. Sejujurnya, aku bahkan tidak peduli kalau terjadi badai sekalipun, selama dia belum akan beranjak dari kursinya sekarang.
Lalu mendadak saja ia menatapku, tajam, disisipi dengan senyum yang--ampun, membuatku mempertanyakan kualifikasi pada bagian produksi perusahaan semesta. Ia nyengir. Tak tahan, akupun ikut nyengir, entah oleh sebab apa.
"Kamu belum mau pulang kan? Lagian masih hujan, nih. Disini aja dulu ya?"
Aku nyengir lagi. Kali ini dengan tulus ikhlas.
Peacock, 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
post anything :)